Bahlil Lahadalia Bidik Investasi EBT saat kunjungan ke Arab Saudi, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tengah mengejar peluang investasi dengan Arab Saudi di sektor energi baru terbarukan (EBT) dan pembangunan rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses hilirisasi industri yang saat ini sedang berlangsung.
dilansir dari marketeers.com, Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, baru-baru ini menjelaskan dalam kunjungannya ke Arab Saudi bahwa proses negosiasi dilakukan bersama Menteri Investasi Arab Saudi, Khalid A. Al-Falih di Riyadh. Bahlil mengatakan bahwa Indonesia sejak empat tahun lalu telah memulai hilirisasi di sektor pertambangan dengan diawali pelarangan ekspor bijih nikel.
Tahun ini, beberapa komoditas sumber daya mineral seperti bauksit, konsentrat tembaga, dan timah juga akan dilarang untuk diekspor. Hal ini merupakan upaya Indonesia dalam mendorong hilirisasi sumber daya mineral.
“Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, Indonesia sangat terbuka untuk investasi, khususnya dalam hilirisasi industri dan ekonomi hijau yang menggunakan energi dan industri hijau. Kami memulai dengan hilirisasi sumber daya mineral. Ini adalah peluang besar, dan saya ingin ada investasi bersama antara Arab Saudi dengan Indonesia,” ujar Bahlil dalam keterangannya, Jumat (12/5/2023).
Pihak Arab Saudi menyambut baik usulan Bahlil dan menyatakan telah memiliki hubungan yang erat dengan Indonesia, baik hubungan ekonomi maupun diplomatik. Khalid mengapresiasi upaya Indonesia dalam melakukan transformasi ekonomi melalui hilirisasi sumber daya alam sehingga mengurangi ketergantungan terhadap komoditas mentah.
Kedua menteri sepakat bahwa kerja sama investasi antara kedua negara masih belum sesuai dengan potensi yang ada dan dapat ditingkatkan lagi. “Arab Saudi siap untuk menjajaki peluang kerja sama investasi dengan Indonesia, khususnya terkait dengan energi terbarukan dan pembangunan rumah sakit. Hasil pertemuan ini akan kami tindak lanjuti untuk kemudian dituangkan dalam bentuk yang lebih konkret sehingga semakin mendorong realisasi investasi asal Arab Saudi di Indonesia,” ujar Khalid.
Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi asal Arab Saudi dari tahun 2018 hingga triwulan I 2023 mencapai US$ 26,5 juta, tidak termasuk investasi pada sektor keuangan dan hulu migas. Sektor tersier mendominasi dengan total senilai US$ 24,78 juta atau 94% dengan capaian tertinggi oleh sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran senilai US$ 16,93 juta atau sebanyak 64% dari total nilai investasi Arab Saudi di Indonesia.
Provinsi Bali menjadi lokasi utama realisasi investasi Arab Saudi dengan capaian sebesar US$ 10,3 juta (39%), diikuti oleh Jawa Barat, Jawa Timur, Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta, dan Kalimantan Timur.
Dalam kunjungannya ke Arab Saudi, Bahlil juga menyampaikan bahwa Indonesia sedang berupaya untuk meningkatkan produksi energi baru terbarukan (EBT) dengan target mencapai 23% pada 2025. Namun, untuk mencapai target tersebut, Indonesia membutuhkan dukungan dari investor asing.
“Kami melihat Arab Saudi sebagai negara yang memiliki pengalaman dan keahlian dalam pengembangan sumber daya energi dan teknologi terbarukan. Oleh karena itu, kami berharap ada investasi dari Arab Saudi untuk membantu kami mencapai target tersebut,” ujar Bahlil.
Selain itu, Bahlil juga menjelaskan bahwa Indonesia tengah membangun beberapa proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga angin (PLTA) di berbagai wilayah di Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Proyek-proyek ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan produksi energi baru terbarukan di Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Investasi Arab Saudi, Khalid A. Al-Falih, menyatakan bahwa Arab Saudi siap untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam pengembangan energi baru terbarukan. Khalid juga mengapresiasi upaya Indonesia dalam mengembangkan energi baru terbarukan dan berkomitmen untuk memperkuat kerja sama investasi antara kedua negara.
“Arab Saudi memiliki banyak pengalaman dalam pengembangan energi baru terbarukan, seperti energi matahari dan angin. Kami siap untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan kami dengan Indonesia dan bekerja sama dalam mengembangkan energi baru terbarukan di Indonesia,” ujar Khalid.
Selain investasi di bidang energi baru terbarukan, Bahlil juga membidik investasi dari Arab Saudi di bidang pembangunan rumah sakit. Menurut Bahlil, Indonesia memiliki kebutuhan yang besar dalam pengembangan sektor kesehatan, terutama dalam meningkatkan aksesibilitas dan kualitas layanan kesehatan di daerah-daerah yang masih terbatas.
“Dalam kunjungan kami ke Arab Saudi, kami juga membahas peluang investasi di bidang pembangunan rumah sakit. Kami berharap ada investasi dari Arab Saudi untuk membantu Indonesia dalam meningkatkan aksesibilitas dan kualitas layanan kesehatan di daerah-daerah yang masih terbatas,” ujar Bahlil.
Dalam kesempatan yang sama, Khalid menyatakan bahwa Arab Saudi siap untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam pengembangan sektor kesehatan dan memperkuat kerja sama investasi antara kedua negara.